Guardian Angel :: Page V " Angel Wings "
Oleh Early Ahlam di 06.21 0 koment"Apa itu maksudmu Myu. Utuh... karena aku adalah Angel murni?"
"Kenapa mereka bisa menggunakan kekuatan mereka sebelum mengumpulkan kedua belas orang Angel. Sedang aku, msih tidak tahu apa yang harus aku lakukan dengan kekuatanku sendiri. Bahkan aku tidak yakin, kapan alam bawah sadarku ada."
Mataku menerawangi bandul yang berisikan dua sayap kecil. "Apa yang harus aku lakukan denganmu?" Tanyaku, berharap sayap itu memintaku memakainya.
"Angel, apa perbedaan mereka dengan manusia yang tamak." Aku mengomeli kebingunganku, berharap ada titik terang dalam kepalaku.
"Apa lagi yang mereka sembunyikan, mereka terlalu berhati-hati menghadapiku." Mendadak kepalaku pening kembali, aku melihat ada bayangan yang sedang aku ingat. Seseorang dengan dua sayap. "Ah... Sakit!" keluhku, masih terus memegangi kepalaku.
Rasanya ingin pcah, "Siapa? siapa?" tanyaku dalam hati, berharap bisa mengejar bayangannya. "Ah... Sakit!"
"Tian. Apa kau baik-baik saja?" Kiroro menghampiriku dengan cemas.
"Kau harus menahannya, sakit ini akan hilang jika kedua sayapmu terlepas dan terpasang di punggungmu." Jelas Kiroro.
"Kenapa selalu seperti ini..." Keluhku masih merasakan sakit.
"Tubuhmu masih menolak kekuatan itu, sebelum alam bawah sadarmu kembali." Kiroro tak bertindak, meski aku terlihat nyeri di kepalaku.
"Hanya kamu yang mampu mengobati rasa sakitnya, karena kamu adalah kunci pembuka jalan kekuatan itu masuk kedalam tubuhmu."
"Esok akan diadakan sebuah upacara penyatuan kekuatan, kita lihat. Apa kau akan menghisap seluruh kekuatan mereka, atau mereka membantumu menemukan kekuatanmu sendiri." Lanjut Kiroro.
"Lalu apa yang terjadi jika aku mengambil kekuatan mereka?" Aku semakin tidak yakin dengan apa yang aku lakukan.
"Siklus hidupnya akan tetap berjalan. sebelum kekuatan itu menyatu dengan kekuatan yang ada ditubuhmu." Kiroro berpikir keras.
"Jadi, baik ada kekuatan mereka atau tidak. Jika kekuatanku belum terbuka, maka siklus hidup kekuatan itu akan tetap berjalan?" Aku memandangi Kiroro lekat-lekat.
"Y. Angel murni sebelumnya telah gagal, dan menyebabkan kekacauan sebesar ini. beruntung sebelum kami menemukanmu para Angel tidak ada yang membuat onar." Mendengar Kiroro berkata demikian menyudutkanku sebagai penyebab dari semua ini.
"Jangan salah. Pentingnya ada kamu adalah jalan untuk menghentikan kekacauan yang pernah dibuat Angel murni yang terdahulu." Tambahnya, sedikit menghiburku.
oooooo
Hari ini adalah hari yang ditunggu. Aku, Nico, Kaka, dan Lara adalah orang-orang yang bersedia mengikuti upacara, yang lainnya hanya berkeinginan untuk menunggu seleseinya upacara tersebut. Ketika itu.,salah satu dari mereka mungkin akan menikamku diam-diam. Kami tidak tahu sisi baik dan sisi jahat dari kedua penerima kekuatan yang pernah diberikan Kaka dan Nico, Tapi Nico dan Kaka berjanji akan melindungiku seperti Myu yang pernah melindungiku sampai mati.
Ada kecemasan yang menyelimutiku, untuk beberapa alasan. dan ketidak yakinan akan diriku sendiri, apa aku bisa melakukannya seorang diri.
Upacara itu tidak memerlukan persiapan. Hanya butuh seseorang yang tulus, dan memiliki kekuatan untuk memicu apa yang tersimpan di dalam bandul. saat itu pun tiba.
Pertama Kekuatan Kaka yang dialirkan kedalam benda yang ada di dalam bandul, diikuti oleh Nico, Kemudian Lara melakukan hal yang sama. Kulihat ketiga bandul itu bereaksi dan memancarkan kilauan yang lebih terang dari kilauan yang pernah aku lihat. Tapi bandul yang kupegangi tak merespon apapun, bahkan tak menampakan adanya sinar. Aku panik, bagai mana ini. Selang beberapa menit saat kekuatan itu melesat , terpantul dan segera menjatuhiku tiba tiba...
Sleb... Sebuah benda menusuk bagian belakang tubuhku. Cringg... namun kilauan itu terlanjur terpancarkan kearahku. entah apa yang terjadi, sakit yang terus menjalar membuatku limbung. Meski sinar itu masih meremang dari tubuhku.
Aku terpejam, menikmati rasa sakit yang bercampur aduk. Kepalaku ikut berputar-putar, seakan yang ku tempati sedang runtuh, lalu aku terjatuh dan menunggu dasar untuk kematianku.
oooooo
"Ingatlah, kau adalah Angel!" Suara seseorang mengingatkanku,
"Aku kan sudah mengatakan. Kau adalah Angel Tian." Tambahnnya.
"Kau harus mencarinya sendiri, hanya kau yang tahu." Untuk ketiga kalinya suara itu terdengar, bayangan Myu pun datang.
"Myu... Apa itu kau. Myu tolong aku, aku sungguh butuh bantuanmu." Aku menggapai-gapai bayanganku, Mencari Myu dalam kegelapanku.
"Myu..." Panggilku. Nafasku mulai menipis. Rasanya butuh udara lebih banyak lagi yang harus masuk ke dalam tubuhku.
Tanganku berhasil, ada sesuatu yang berhasil kupegang. "Myu, Myu..." Panggilku lagi.
"Ah.. Terang." Ucapku dalam hati.
"Tidak, bukan aku yang meganginya. Tapi aku yang dipegangi olehnya." Peganganku kulepaskan, meski begitu aku tidak akan jatuh. Sesuatu memeluku, erat dan lebar.
Cring... aku merasa sesuatu itu adalah bagian tubuhku yang bisa aku gerakan. sesuatu itu melebar, semakin lebar dengan sempurna. Tapi aku tak dapat melihatnya. Aku berputar, terlihat sedikit, berputar lagi, masih terlihat sedikit. siapa kamu jangan seperti anak kecil yang senang dengan petak umpet.
Ah... Aku lelah. Aku merasa sesuatu menepuk-nepuk punggungku. kanan dan kiri, keduanya bergerak bersamaan. tapi gerakan itu dapat aku rasakan sebagai bagian dari tubuhku. aku melihat kedua tanganku tidak bergerak. begitupun kedua kakiku. Apa yang bergerak-gerak.
Kuraba bagian belakangku, ada tulang belakang yang mengganjal. Apa? berbulu, ah... apa aku berubah menjadi hewan.
"Tian. Sadarlah tian, apa kau baik-baik saja?" Ucap seseorang mengagetkanku, perlahan-lahan mataku mulai bisa kubuka. Cahaya mulai bisa kulihat. Nico, Kaka, dan Lara juga sudah bisa kulihat. "Apa yang terjadi." Angel yang tak memengikuti upacara tergeletak. "Apa mereka mati?" Tanyaku memastikan, kemudian kulihat sesuatu berada dibagian tubuh mereka. "Sayap." Lenguhku.
"Kau berhasil Tian, kau berhasil! Bahkan kau menolak kekuatan kami. Kau hanya menggunakan kekuatanmu sendiri untuk membuka sayap itu. Kau hebat Tian." Aku masih tak mengerti, kepalaku masih terasa kunang-kunang.
"Apa?" Tanyaku pelan.
Dan aku sadar, sesuatu membebani punggungku. "Berat." Keluhku. "Lihatlah Tian..." Nico menyodorkan sebuah cermin. Dan terpampanglah wujud baruku di dalamnya.
"Siapa itu. Benarkah itu aku?" Tanyaku tidak percaya diri. Aku hanya mendapati Nico, Kaka dan Lara tersenyum ke arahku.
"Aku berhasil, benarkah?" Aku memastikan semua itu benar. dan memastikan mereka menjawabku dengan jujur. Kemudian mereka mengangguk bersama-sama.
oooooo
Aku membuka mata. Nico, Kaka dan Lara masih berada disampingku. Aku tersenyum menyambut mereka, "Sayapnya?" Hatiku kacau, apa aku sudah bermimpi. Segera kupegangi tulang belakangku, tak ada yang mengganjal seperti sebelumnya.
"Aku yakin, tadi ada di sisni. Nico, Kaka, Lara, aku melihatnya ada disini." Aku meloncat, kakiku sempat melayang. kemudian aku limbung kembali.
"Tenanglah Tian. Kau kelelahan dan Pinsan. Tusukan Sysy cukup dalam, punggungmu terluka." Setelah Nico menjelaskan, aku mulai ingat dengan rasa nyeri yang masih aku rasakan.
"Lalu, sayapnya." Hatiku seketika sedih, mengingat betapa senangnya aku mendapatkan sayap itu. Semua akan berakhir dengan itu.
"Ada. Ada belakangmu, sayapnya akan muncul jika ingin kamu gunakan. Jika sayap itu tidak bisa hilang, kamu tidak akan bisa berbaur dengan manusia. Dan bertemu dokter untuk mengobati lukamu." Jelas Kaka.
"Oh..." Betapa leganya aku dengan hal itu.
"Lalu bagaimana dengan mereka?" Tanyaku mulai mengingat yang lainnya.
"Mereka kehilangan ingatan tentang Angel, Sysy menanggung akibat perbuatannya, selebihnya akan kembali normal." Lara ikut menjelaskan.
"Hewan pilihan mereka?" Tanyaku lagi.
"Sebagaimana yang terjadi dengan majikannya, itulah yang terjadi dengan peliharaannya." Lanjut Nico.
Aku melihat seekor Musang, serigala, dan tupai. Mereka menyapaku, "Nay Tian..." Aku tersentak.
"Mereka adalah binatang pilihan kami," jawab mereka serentak.
ooooo
"Semua ini masih belum berakhir. Siklus kekuatan kami akan tetap berlanjut meski sudah sempurna. Kekuatan kami terbilang masih kurang cukup, tapi berlebih jika digabungkan. Masalah terbesar ada pada kami yang Bukan Angel murni. Kau harus membuat sayap-sayap ini utuh. Menjadi dua belas pasang."
Guardian Angel :: Page IV "Angel Murni"
Oleh Early Ahlam di 04.29 0 komentBagai manapun, ini akan sulit. Entah bagi Mereka yang mencari Angel, maupun untuk Angel seperti aku. Sampai kapan semuanya bisa menyatukan hati dan mengeluarkan kekuatan yang terdapat di dalam masing-masing bandul.
"Jadi, sampai kita bisa memiliki kekuatan itu, kami belum bisa menangani tugas tertentu?" Rasanya semua ini masih terasa aneh.
"Kiroro... Myu itu orang yang seperti apa?" Tanyaku.
"Myu itu..." Kiroro merubah posisi duduknya, "Gadis pemberani. Jika bukan karena dia, Nico tidak akan berani melibatkanmu." Lanjutnya.
"Kenapa?" Aku hanya mampu menatapnya dengan sabar.
"Meninggalnya Angela merupakan pukulan berat untuk Nico. Dia menganggap kematian Angela karena masalah ini. Tapi... Myu mengingatkannya, betapa keras perjuangan Angela mencari para Anggel sampai di akhir hayatnya." Kenang Kiroro.
"Seperti yang pernah kau pikirkan, Myu itu selalu ingin terlihat seperti manusia tapi tidak ingin mengikuti cara hidup manusia. Tapi... dia juga tidak ingin dianggap Angel dengan tetap memakai cara hidup Angel. Dia memang aneh, tapi itulah pilihannya." Tambahnya.
"Ah... Waktu itu. Itu hanya pemikiran pendekku, sewaktu itu aku masih tidak tahu apa yang harus aku pikirkan dan apa saja yang sudah aku pikirkan." Ucapku, meralat kesimpulannya.
"Tidak apa. Sejak ia mulai menyadari kemampuannya dari alam bawah sadarnya, ia jadi bisa melakukan hal yang selama ini ia inginkan. Tapi, dengan kondisinya yang tidak fit. terkadang ia harus menopang energi yang dikeluarkannya. Karena melebihi kapasitas energi tubuhnya sendiri." Terangnya.
"Pantas, waktu itu ia terlihat menahan berat tubuhnya. Aku pikir ia terluka atau sejenisnya." Tebakku.
"Hari itu ia juga bercerita tentangmu kepadaku dan Nico." Sambutnya, menjawab ucapanku.
"Jadi begitu." Kami saling beradu pandang, menyematkan beberapa kenangan yang sama.
oooooo
"Hay, Kenalkan namaku Kaka." Diulurkanlah tangannya.
"Aku Tian," jawabku menyambutnya.
"Senang bisa melihatmu kembali ke sekolah." Tuturnya ramah.
Aku hanya tersenyum menanggapinya, "Maaf. Tapi aku gak pernah liat Kaka sebelumnya." Ucapku, heran.
"Oh. Aku anak baru, aku juga tau kamu dari gosip yang menyebar di sekolah ini." Tuturnya malu-malu.
"Oh. Pantas... Heh, belakangan ini banyak anak baru." Komentarku.
"Oya, siapa saja selain aku." Tanyanya polos.
"Sewaktu aku masuk sekolah pertama kali ada Nico, setelah aku sehat dan kembali ke sekolah ada Kaka." ucapku, seakan Kaka orang yang sudah lama kukenal.
"Oh. begitu, kalo begitu aku duluan yah?" Pamitnya.
"Oy. Kaka kelas berapa?" Sahutku sebelum Kaka benar-benar pergi.
"XII Ipa I, By!" Dilambaikannya tangan kanannya, kemudian berlalu.
Aku kembali melangkahkan kaki ke kelas XI Ips I. Tampak anak-anak menyambutku hangat. "Hay Tian. Ya ampun, serasa gak ketemu berabad-abad deh." Raya paling antusias.
"Iya. Akhirnya do'a gua dikabulkan, elu udah ingat gua kan Tian?" Lucky menyemangati dirinya, menonjolkan perhatiannya.
"Aduh, udah deh ya... yang kemarin-kemarin gak usah dibahas. aku gak ketinggalan apa-apa kan?" Tanyaku memastikan semua akan normal sekembalinya kesehatanku.
"Kalo pelajaran sekolah sih udah gak ada yang ketinggalan, tapi kalo berita di sekolah banyak yang Tian gak tau." Ucap Raya, sambil menghalangi Lucky.
"Apaan sih lu, nyamber aja kaya petir." Lucky mulai sewot.
Sepertinya memang ada banyak hal yang sudah aku lewatkan di SMANKU ini. "Emang ada berita apaa?" Tanyaku penasaran.
"Itu loh, anak baru yang masuk waktu pertama lu sakit Tian. Sekarang jadi cem-ceman si Raya." Celetuk Lucky.
"Siapa?" Todongku pada Raya.
"Noco atau Kaka?" Tanyaku memberi alternatif jawaban.
"Loh kok kamu tau Tian. Terus Kaka siapa?" Raya malah kebingungan.
"Nico baru masuk waktu aku kecelakaan, ada kemungkinan dia. Terus meskipun aku gak tau tepatnya kapan dia masuk, tapi Kaka juga anak baru katanya." Terangku bangga, tau berita lebih banyak.
"Ih, ko bisa tau. Aku aja gak tahu." Celoteh Raya dengan muka kesal.
"Itu loh Raya, cowok depan di sana noh... Katanya sih namanya Kaka, baru pindahan hari ini gitu loh." Tutur Lucky girang tau lebih dulu dari Raya.
"Mana-mana..." Raya malah lupa sama cerita awal yang ia bawa.
"Haduh... Cakep juga!" Komentarnya.
"Kamu sendiri tau dari mana?" tanyaku pada Lucky.
"Hee, aku baru ngecengin anak cewek XII Ipa I sih, di sana cewenya cakep-cakep." Jelasnya Apa adanya.
"Dasar... Lucky! Lucky!" Aku dan Raya ngomong berbarengan.
oooooo
"Hay Nico... Hay Kaka." Sapaku saat berpapasan di perpustakaan.
"Kamu kenal Kaka?" Tanya Nico heran.
"Baru tadi pagi, iya gak Ka!" Ucapku sok akrab.
"Jadi Tian sudah tau?" Tanya Nico meminta jawaban padaku.
"Iyah." Jawabku tak berpikir panjang.
Kulihat mata Nico mencari jawaban dari Kaka, "Aku hanya berkenalan, hanya itu." Terang Kaka.
"Kenapa sih?" Tanyaku heran melihat tingkah mereka berdua.
"Ah enggak! Tian, sore ini ada waktu?" Tanya Kaka.
"Kita bertemu di rumahku." Lanjut Nico.
"Kenapa? Ada apa?" Tanyaku takut, ekspresi mereka berubah serius.
oooooo
Setibanya di tempat yang sudah dijanjikan. Terdapat dua belas orang yang memandangiku, aku hanya tersenyum ramah di balik ketakutanku.
"Ada Apa? Tanyaku pada Nico, Kaka menarik tanganku menjauhi Nico.
"Apa Kiroro baik-baik saja?" Tanyanya.
"Iya. Memangnya kenapa?" Dari raut wajahnya tampak sesuatu yang buruk di dalamnya.
"Kero. Dogy milik Sysy mati di terkam kucing besar. Hanya kucing pilihan yang mampu merubah ukuran tubuhnya menjadi kecil ataupun besar. Mungkin kucing tersebut adalah Kiroro." Ceritannya.
"Apa. Gak mungkin, Kenapa harus orang lain, jika Kiroro bisa menyakitiku. Aku lebih mudah untuk disakiti olehnya." Bantahku.
"Hewan pilihan tidak akan membunuh majikannya sendiri, karena jika itu terjadi, ia juga akan ikut mati." Teriaknya, ia terlihat geram.
"Lalu apa alasannya?" Tanyaku, memojokan Kaka.
"Dengar. Salah satu dari Angel yang ada di sini sedang mengincar Angel murni, jadi pemilik dari hewan besar tersebut merupakan Angel murni yang Kero cari." Terangnya.
"Maksudnya?" Aku jadi ngeri.
"kemungkinan kamulah Angel yang sedang kami cari." Tandasnya.
"Jadi, jika aku Angel murni, aku akan menjadi perburuan kalian sekarang." Mendadak aku menjauhkan diriku dari Kaka, mana tau ia akan menerkamku hidup-hidup. selama ini aku tak pernah melihat Angel beraksi.
"Kemungkinannya besar, jika Kiroro mendapati luka yang sama pernah di sebabkan Dogy atau Kero. Maka ia adalah hewan pilihan yang telah membunuh Kero, jelas Sysy tidak akan tinggal diam." Sebelum Kaka melanjutkan ucapannya, Nico datang menjauhkan Kaka dariku.
"Cukup Ka. Jangan buat dia takut. Aku yang membuatnya terlibat sampai sejauh ini, bahkan ia belum tahu apa-apa. sudah terlalu banyak yang menimpanya karena ini. Jangan bebani lagi dengan hal-hal yang belum dia tahu." Bentak Nico. Kaka terdiam, pandangan lainnya awas menatap kearahku.
"Bukankah Angel itu baik. Kenapa..." Aku mulai tidak nyaman, perlakuan mereka membuatku takut.
"Nico ada Apa?" Semua terdiam, membiarkan keheningan datang.
Aku kembali dengan penuh kemarahan. "Ada apa?" tanya Kiroro.
"Jelaskan padaku, apa yang terjadi. Kero Mati, hewan pilihan Sysy. Tapi dia seekor anjing. Dia mengincar Angel Murni, siapa? Aku? kenapa? untuk apa? Lalu siapa yang membunuhnya, mereka bilang seekor kucing. Kiroro... Apa itu kamu..." Tanyaku beruntun, aku panik.
"Apa mereka tidak memberitahumu bahwa kami bisa merubah bentuk kami menjadi hewan apapun?" Ucapannya membuatku kaget. "Apa?" sahutku tidak percaya.
"Kucing, Anjing, Serigala, Musang, bahkan ada banyak macam binatang lainnya. Kami semua memiliki kemampuan tersebut." Kiroro menambahkan.
"Jadi benarkan, kamu tidak membunuhnya?" Kataku harap-harap cemas.
"Aku tidak membunuh sesamaku. Kero mati bukan karena aku, harusnya Nico tahu alasannya." Ucapan Kiroro membuatku berpikir keras, mengapa Nico tak memberitahuku, di sana dia juga mengatakan aku belum tahu apa-apa. Apa yang sebenarnya terjadi.
"Tian..." Sapa Nico di halaman belakang.
"Apa?" Sahutku masih membelakanginya.
"Maaf... Tapi aku berharap bisa memberitahukanmu pelan-pelan." Suara Nico tampak getir.
"Aku sungguh tidak mengerti, bahkan apa yang pernah kamu katakan saja sulit untuk aku fahami." Aku berbalik dan memarahinya.
"Bukannya begitu. Sehari setelah kita bertemu, aku bertemu Kaka. Ia telah berhasil mengumpulkan dua belas orang. Termasuk aku, dan itu cukup. Mengingat aku menyertakanmu dalam hal ini, itu sebuah masalah baru."
"Aku, Angela, Kaka, Sysy, Lara, Reno adalah Angel yang pertama. Setelah Angela meninggal kekuatan nya berpindah ke dalam tubuhku. Tapi aku tak sanggup untuk menopangnya, sesekali aku bisa brutal. Sampai akhirnya Kaka bertemu Lintang dan Banyu, untuk manusia biasa mereka tidak akan sanggup jika harus menerima kekuatan besar Angela dengan utuh, hingga akhirnya kami membaginya baru mereka bisa mengendalikan kekuatannya. Begitupun saat Reno meninggal, Kaka membagi kekuatannya dengan Arum dan Jely. Tapi saat Myu meninggal dan mengambil kamu sebagai salah satu penerima kekuatan itu. Kau telah memilikinya tanpa ku pindahkan kekuatannya." Nico menghentikan ceritanya.
"Bahkan sebelum kekuatan Myu diambil." Tambahnya.
"Kau benar-benar seorang Angel Tian, dan itu di luar dugaan." Nico terduduk.
"Benar-benar seorang Angel? Lalu kalian apa?" Tanyaku heran, ceritanya seperti terus berputar-putar.
"Kami mendapatkan kekuatan ini dari orang terdahulu, Kekuatan kami tidak murni. Setiap salah satu penerima kekuatan mati, maka kekuatan yang dimilikinya harus dibagi untuk menyeimbangkan dengan kekuatan tubuhnya."
"Jadi itu sebabnya kamu mengira Angelina meninggal karena ini?" Tanyaku lagi, mengingat cerita Kiroro tempo hari.
"Kekuatan ini seperti kutukan, hanya orang yang berhati baik yang dapat membawanya. Seperti dua sisi mata uang, salah satu penerima kekuatan itu akan ada yang kalah" Lirihnya.
"Tapi... Kenapa Angela mati, bukankah ia orang yang baik?" Tanyaku menyamakan pendapat.
"Angela terlalu terobsesi. Ia menginginkan Angel yang murni, siapa saja yang membunuh Anggel murni akan menghentikan siklus kehidupan kekuatannya." Jelas Nico.
"Jadi Sysy ingin membunuhku untuk memiliki kekuatan yang dimilikinya saat ini?" Tanyaku meyakinkan.
"Kemungkinan ya!" Nico tidak yakin.
"Apa kau juga akan melakukan hal yang sama?" Tanyaku was-was.
"Tentu tidak, aku bisa terbunuh dengan apa yang akan aku lakukan. Pekerjaan itu hanya bisa dilakukan oleh hewan peliharaannya saja. Tapi ada satu cara lain untuk menghentikan siklus hidup kekuatan ini." Nico kembali bersemangat.
"Caranya?" Tanyaku cepat.
"kami harus mengembalikannya kepada Angel murni. Hanya saja... bagi mereka ini sangat tidak adil. Tidak semua Angel menyetujuinya." Penjelasan Nico menunjukan keputusan ada di tanganku.
"Lalu, apa Kaka seperti mereka?" Tanyaku ingin tahu.
"Tidak. Ia pindah ke SMANKU juga untuk melindungimu." Tambahnya, membuatku lega.
"Bagai mana mungkin ini terjadi, pada akhirnya Angel akan melakukan hal yang jahat." Aku bersimpuh, memeluk lututku dengan erat.
"Angel juga manusia..." Kiroro bergabung.
"Maafkan kami yang telah menuduhmu." Ucap Nico pada Kiroro.
"Aku mengerti, Mungkin Kaka takut aku terlalu melindungi Tian hingga terpaksa membunuh Angel yang memburunya." Kiroro melingkar di paha nico yang memeganginya.
"Jadi benarkan, kamu tidak membunuhnya?" Kataku harap-harap cemas.
"Aku tidak membunuh sesamaku. Kero mati bukan karena aku, harusnya Nico tahu alasannya." Ucapan Kiroro membuatku berpikir keras, mengapa Nico tak memberitahuku, di sana dia juga mengatakan aku belum tahu apa-apa. Apa yang sebenarnya terjadi.
oooooo
"Tian..." Sapa Nico di halaman belakang.
"Apa?" Sahutku masih membelakanginya.
"Maaf... Tapi aku berharap bisa memberitahukanmu pelan-pelan." Suara Nico tampak getir.
"Aku sungguh tidak mengerti, bahkan apa yang pernah kamu katakan saja sulit untuk aku fahami." Aku berbalik dan memarahinya.
"Bukannya begitu. Sehari setelah kita bertemu, aku bertemu Kaka. Ia telah berhasil mengumpulkan dua belas orang. Termasuk aku, dan itu cukup. Mengingat aku menyertakanmu dalam hal ini, itu sebuah masalah baru."
"Aku, Angela, Kaka, Sysy, Lara, Reno adalah Angel yang pertama. Setelah Angela meninggal kekuatan nya berpindah ke dalam tubuhku. Tapi aku tak sanggup untuk menopangnya, sesekali aku bisa brutal. Sampai akhirnya Kaka bertemu Lintang dan Banyu, untuk manusia biasa mereka tidak akan sanggup jika harus menerima kekuatan besar Angela dengan utuh, hingga akhirnya kami membaginya baru mereka bisa mengendalikan kekuatannya. Begitupun saat Reno meninggal, Kaka membagi kekuatannya dengan Arum dan Jely. Tapi saat Myu meninggal dan mengambil kamu sebagai salah satu penerima kekuatan itu. Kau telah memilikinya tanpa ku pindahkan kekuatannya." Nico menghentikan ceritanya.
"Bahkan sebelum kekuatan Myu diambil." Tambahnya.
"Kau benar-benar seorang Angel Tian, dan itu di luar dugaan." Nico terduduk.
"Benar-benar seorang Angel? Lalu kalian apa?" Tanyaku heran, ceritanya seperti terus berputar-putar.
"Kami mendapatkan kekuatan ini dari orang terdahulu, Kekuatan kami tidak murni. Setiap salah satu penerima kekuatan mati, maka kekuatan yang dimilikinya harus dibagi untuk menyeimbangkan dengan kekuatan tubuhnya."
"Jadi itu sebabnya kamu mengira Angelina meninggal karena ini?" Tanyaku lagi, mengingat cerita Kiroro tempo hari.
"Kekuatan ini seperti kutukan, hanya orang yang berhati baik yang dapat membawanya. Seperti dua sisi mata uang, salah satu penerima kekuatan itu akan ada yang kalah" Lirihnya.
"Tapi... Kenapa Angela mati, bukankah ia orang yang baik?" Tanyaku menyamakan pendapat.
"Angela terlalu terobsesi. Ia menginginkan Angel yang murni, siapa saja yang membunuh Anggel murni akan menghentikan siklus kehidupan kekuatannya." Jelas Nico.
"Jadi Sysy ingin membunuhku untuk memiliki kekuatan yang dimilikinya saat ini?" Tanyaku meyakinkan.
"Kemungkinan ya!" Nico tidak yakin.
"Apa kau juga akan melakukan hal yang sama?" Tanyaku was-was.
"Tentu tidak, aku bisa terbunuh dengan apa yang akan aku lakukan. Pekerjaan itu hanya bisa dilakukan oleh hewan peliharaannya saja. Tapi ada satu cara lain untuk menghentikan siklus hidup kekuatan ini." Nico kembali bersemangat.
"Caranya?" Tanyaku cepat.
"kami harus mengembalikannya kepada Angel murni. Hanya saja... bagi mereka ini sangat tidak adil. Tidak semua Angel menyetujuinya." Penjelasan Nico menunjukan keputusan ada di tanganku.
"Lalu, apa Kaka seperti mereka?" Tanyaku ingin tahu.
"Tidak. Ia pindah ke SMANKU juga untuk melindungimu." Tambahnya, membuatku lega.
"Bagai mana mungkin ini terjadi, pada akhirnya Angel akan melakukan hal yang jahat." Aku bersimpuh, memeluk lututku dengan erat.
"Angel juga manusia..." Kiroro bergabung.
"Maafkan kami yang telah menuduhmu." Ucap Nico pada Kiroro.
"Aku mengerti, Mungkin Kaka takut aku terlalu melindungi Tian hingga terpaksa membunuh Angel yang memburunya." Kiroro melingkar di paha nico yang memeganginya.
Langganan:
Postingan (Atom)