Bagai manapun, ini akan sulit. Entah bagi Mereka yang mencari Angel, maupun untuk Angel seperti aku. Sampai kapan semuanya bisa menyatukan hati dan mengeluarkan kekuatan yang terdapat di dalam masing-masing bandul.
"Jadi, sampai kita bisa memiliki kekuatan itu, kami belum bisa menangani tugas tertentu?" Rasanya semua ini masih terasa aneh.
"Kiroro... Myu itu orang yang seperti apa?" Tanyaku.
"Myu itu..." Kiroro merubah posisi duduknya, "Gadis pemberani. Jika bukan karena dia, Nico tidak akan berani melibatkanmu." Lanjutnya.
"Kenapa?" Aku hanya mampu menatapnya dengan sabar.
"Meninggalnya Angela merupakan pukulan berat untuk Nico. Dia menganggap kematian Angela karena masalah ini. Tapi... Myu mengingatkannya, betapa keras perjuangan Angela mencari para Anggel sampai di akhir hayatnya." Kenang Kiroro.
"Seperti yang pernah kau pikirkan, Myu itu selalu ingin terlihat seperti manusia tapi tidak ingin mengikuti cara hidup manusia. Tapi... dia juga tidak ingin dianggap Angel dengan tetap memakai cara hidup Angel. Dia memang aneh, tapi itulah pilihannya." Tambahnya.
"Ah... Waktu itu. Itu hanya pemikiran pendekku, sewaktu itu aku masih tidak tahu apa yang harus aku pikirkan dan apa saja yang sudah aku pikirkan." Ucapku, meralat kesimpulannya.
"Tidak apa. Sejak ia mulai menyadari kemampuannya dari alam bawah sadarnya, ia jadi bisa melakukan hal yang selama ini ia inginkan. Tapi, dengan kondisinya yang tidak fit. terkadang ia harus menopang energi yang dikeluarkannya. Karena melebihi kapasitas energi tubuhnya sendiri." Terangnya.
"Pantas, waktu itu ia terlihat menahan berat tubuhnya. Aku pikir ia terluka atau sejenisnya." Tebakku.
"Hari itu ia juga bercerita tentangmu kepadaku dan Nico." Sambutnya, menjawab ucapanku.
"Jadi begitu." Kami saling beradu pandang, menyematkan beberapa kenangan yang sama.
oooooo
"Hay, Kenalkan namaku Kaka." Diulurkanlah tangannya.
"Aku Tian," jawabku menyambutnya.
"Senang bisa melihatmu kembali ke sekolah." Tuturnya ramah.
Aku hanya tersenyum menanggapinya, "Maaf. Tapi aku gak pernah liat Kaka sebelumnya." Ucapku, heran.
"Oh. Aku anak baru, aku juga tau kamu dari gosip yang menyebar di sekolah ini." Tuturnya malu-malu.
"Oh. Pantas... Heh, belakangan ini banyak anak baru." Komentarku.
"Oya, siapa saja selain aku." Tanyanya polos.
"Sewaktu aku masuk sekolah pertama kali ada Nico, setelah aku sehat dan kembali ke sekolah ada Kaka." ucapku, seakan Kaka orang yang sudah lama kukenal.
"Oh. begitu, kalo begitu aku duluan yah?" Pamitnya.
"Oy. Kaka kelas berapa?" Sahutku sebelum Kaka benar-benar pergi.
"XII Ipa I, By!" Dilambaikannya tangan kanannya, kemudian berlalu.
Aku kembali melangkahkan kaki ke kelas XI Ips I. Tampak anak-anak menyambutku hangat. "Hay Tian. Ya ampun, serasa gak ketemu berabad-abad deh." Raya paling antusias.
"Iya. Akhirnya do'a gua dikabulkan, elu udah ingat gua kan Tian?" Lucky menyemangati dirinya, menonjolkan perhatiannya.
"Aduh, udah deh ya... yang kemarin-kemarin gak usah dibahas. aku gak ketinggalan apa-apa kan?" Tanyaku memastikan semua akan normal sekembalinya kesehatanku.
"Kalo pelajaran sekolah sih udah gak ada yang ketinggalan, tapi kalo berita di sekolah banyak yang Tian gak tau." Ucap Raya, sambil menghalangi Lucky.
"Apaan sih lu, nyamber aja kaya petir." Lucky mulai sewot.
Sepertinya memang ada banyak hal yang sudah aku lewatkan di SMANKU ini. "Emang ada berita apaa?" Tanyaku penasaran.
"Itu loh, anak baru yang masuk waktu pertama lu sakit Tian. Sekarang jadi cem-ceman si Raya." Celetuk Lucky.
"Siapa?" Todongku pada Raya.
"Noco atau Kaka?" Tanyaku memberi alternatif jawaban.
"Loh kok kamu tau Tian. Terus Kaka siapa?" Raya malah kebingungan.
"Nico baru masuk waktu aku kecelakaan, ada kemungkinan dia. Terus meskipun aku gak tau tepatnya kapan dia masuk, tapi Kaka juga anak baru katanya." Terangku bangga, tau berita lebih banyak.
"Ih, ko bisa tau. Aku aja gak tahu." Celoteh Raya dengan muka kesal.
"Itu loh Raya, cowok depan di sana noh... Katanya sih namanya Kaka, baru pindahan hari ini gitu loh." Tutur Lucky girang tau lebih dulu dari Raya.
"Mana-mana..." Raya malah lupa sama cerita awal yang ia bawa.
"Haduh... Cakep juga!" Komentarnya.
"Kamu sendiri tau dari mana?" tanyaku pada Lucky.
"Hee, aku baru ngecengin anak cewek XII Ipa I sih, di sana cewenya cakep-cakep." Jelasnya Apa adanya.
"Dasar... Lucky! Lucky!" Aku dan Raya ngomong berbarengan.
oooooo
"Hay Nico... Hay Kaka." Sapaku saat berpapasan di perpustakaan.
"Kamu kenal Kaka?" Tanya Nico heran.
"Baru tadi pagi, iya gak Ka!" Ucapku sok akrab.
"Jadi Tian sudah tau?" Tanya Nico meminta jawaban padaku.
"Iyah." Jawabku tak berpikir panjang.
Kulihat mata Nico mencari jawaban dari Kaka, "Aku hanya berkenalan, hanya itu." Terang Kaka.
"Kenapa sih?" Tanyaku heran melihat tingkah mereka berdua.
"Ah enggak! Tian, sore ini ada waktu?" Tanya Kaka.
"Kita bertemu di rumahku." Lanjut Nico.
"Kenapa? Ada apa?" Tanyaku takut, ekspresi mereka berubah serius.
oooooo
Setibanya di tempat yang sudah dijanjikan. Terdapat dua belas orang yang memandangiku, aku hanya tersenyum ramah di balik ketakutanku.
"Ada Apa? Tanyaku pada Nico, Kaka menarik tanganku menjauhi Nico.
"Apa Kiroro baik-baik saja?" Tanyanya.
"Iya. Memangnya kenapa?" Dari raut wajahnya tampak sesuatu yang buruk di dalamnya.
"Kero. Dogy milik Sysy mati di terkam kucing besar. Hanya kucing pilihan yang mampu merubah ukuran tubuhnya menjadi kecil ataupun besar. Mungkin kucing tersebut adalah Kiroro." Ceritannya.
"Apa. Gak mungkin, Kenapa harus orang lain, jika Kiroro bisa menyakitiku. Aku lebih mudah untuk disakiti olehnya." Bantahku.
"Hewan pilihan tidak akan membunuh majikannya sendiri, karena jika itu terjadi, ia juga akan ikut mati." Teriaknya, ia terlihat geram.
"Lalu apa alasannya?" Tanyaku, memojokan Kaka.
"Dengar. Salah satu dari Angel yang ada di sini sedang mengincar Angel murni, jadi pemilik dari hewan besar tersebut merupakan Angel murni yang Kero cari." Terangnya.
"Maksudnya?" Aku jadi ngeri.
"kemungkinan kamulah Angel yang sedang kami cari." Tandasnya.
"Jadi, jika aku Angel murni, aku akan menjadi perburuan kalian sekarang." Mendadak aku menjauhkan diriku dari Kaka, mana tau ia akan menerkamku hidup-hidup. selama ini aku tak pernah melihat Angel beraksi.
"Kemungkinannya besar, jika Kiroro mendapati luka yang sama pernah di sebabkan Dogy atau Kero. Maka ia adalah hewan pilihan yang telah membunuh Kero, jelas Sysy tidak akan tinggal diam." Sebelum Kaka melanjutkan ucapannya, Nico datang menjauhkan Kaka dariku.
"Cukup Ka. Jangan buat dia takut. Aku yang membuatnya terlibat sampai sejauh ini, bahkan ia belum tahu apa-apa. sudah terlalu banyak yang menimpanya karena ini. Jangan bebani lagi dengan hal-hal yang belum dia tahu." Bentak Nico. Kaka terdiam, pandangan lainnya awas menatap kearahku.
"Bukankah Angel itu baik. Kenapa..." Aku mulai tidak nyaman, perlakuan mereka membuatku takut.
"Nico ada Apa?" Semua terdiam, membiarkan keheningan datang.
Aku kembali dengan penuh kemarahan. "Ada apa?" tanya Kiroro.
"Jelaskan padaku, apa yang terjadi. Kero Mati, hewan pilihan Sysy. Tapi dia seekor anjing. Dia mengincar Angel Murni, siapa? Aku? kenapa? untuk apa? Lalu siapa yang membunuhnya, mereka bilang seekor kucing. Kiroro... Apa itu kamu..." Tanyaku beruntun, aku panik.
"Apa mereka tidak memberitahumu bahwa kami bisa merubah bentuk kami menjadi hewan apapun?" Ucapannya membuatku kaget. "Apa?" sahutku tidak percaya.
"Kucing, Anjing, Serigala, Musang, bahkan ada banyak macam binatang lainnya. Kami semua memiliki kemampuan tersebut." Kiroro menambahkan.
"Jadi benarkan, kamu tidak membunuhnya?" Kataku harap-harap cemas.
"Aku tidak membunuh sesamaku. Kero mati bukan karena aku, harusnya Nico tahu alasannya." Ucapan Kiroro membuatku berpikir keras, mengapa Nico tak memberitahuku, di sana dia juga mengatakan aku belum tahu apa-apa. Apa yang sebenarnya terjadi.
"Tian..." Sapa Nico di halaman belakang.
"Apa?" Sahutku masih membelakanginya.
"Maaf... Tapi aku berharap bisa memberitahukanmu pelan-pelan." Suara Nico tampak getir.
"Aku sungguh tidak mengerti, bahkan apa yang pernah kamu katakan saja sulit untuk aku fahami." Aku berbalik dan memarahinya.
"Bukannya begitu. Sehari setelah kita bertemu, aku bertemu Kaka. Ia telah berhasil mengumpulkan dua belas orang. Termasuk aku, dan itu cukup. Mengingat aku menyertakanmu dalam hal ini, itu sebuah masalah baru."
"Aku, Angela, Kaka, Sysy, Lara, Reno adalah Angel yang pertama. Setelah Angela meninggal kekuatan nya berpindah ke dalam tubuhku. Tapi aku tak sanggup untuk menopangnya, sesekali aku bisa brutal. Sampai akhirnya Kaka bertemu Lintang dan Banyu, untuk manusia biasa mereka tidak akan sanggup jika harus menerima kekuatan besar Angela dengan utuh, hingga akhirnya kami membaginya baru mereka bisa mengendalikan kekuatannya. Begitupun saat Reno meninggal, Kaka membagi kekuatannya dengan Arum dan Jely. Tapi saat Myu meninggal dan mengambil kamu sebagai salah satu penerima kekuatan itu. Kau telah memilikinya tanpa ku pindahkan kekuatannya." Nico menghentikan ceritanya.
"Bahkan sebelum kekuatan Myu diambil." Tambahnya.
"Kau benar-benar seorang Angel Tian, dan itu di luar dugaan." Nico terduduk.
"Benar-benar seorang Angel? Lalu kalian apa?" Tanyaku heran, ceritanya seperti terus berputar-putar.
"Kami mendapatkan kekuatan ini dari orang terdahulu, Kekuatan kami tidak murni. Setiap salah satu penerima kekuatan mati, maka kekuatan yang dimilikinya harus dibagi untuk menyeimbangkan dengan kekuatan tubuhnya."
"Jadi itu sebabnya kamu mengira Angelina meninggal karena ini?" Tanyaku lagi, mengingat cerita Kiroro tempo hari.
"Kekuatan ini seperti kutukan, hanya orang yang berhati baik yang dapat membawanya. Seperti dua sisi mata uang, salah satu penerima kekuatan itu akan ada yang kalah" Lirihnya.
"Tapi... Kenapa Angela mati, bukankah ia orang yang baik?" Tanyaku menyamakan pendapat.
"Angela terlalu terobsesi. Ia menginginkan Angel yang murni, siapa saja yang membunuh Anggel murni akan menghentikan siklus kehidupan kekuatannya." Jelas Nico.
"Jadi Sysy ingin membunuhku untuk memiliki kekuatan yang dimilikinya saat ini?" Tanyaku meyakinkan.
"Kemungkinan ya!" Nico tidak yakin.
"Apa kau juga akan melakukan hal yang sama?" Tanyaku was-was.
"Tentu tidak, aku bisa terbunuh dengan apa yang akan aku lakukan. Pekerjaan itu hanya bisa dilakukan oleh hewan peliharaannya saja. Tapi ada satu cara lain untuk menghentikan siklus hidup kekuatan ini." Nico kembali bersemangat.
"Caranya?" Tanyaku cepat.
"kami harus mengembalikannya kepada Angel murni. Hanya saja... bagi mereka ini sangat tidak adil. Tidak semua Angel menyetujuinya." Penjelasan Nico menunjukan keputusan ada di tanganku.
"Lalu, apa Kaka seperti mereka?" Tanyaku ingin tahu.
"Tidak. Ia pindah ke SMANKU juga untuk melindungimu." Tambahnya, membuatku lega.
"Bagai mana mungkin ini terjadi, pada akhirnya Angel akan melakukan hal yang jahat." Aku bersimpuh, memeluk lututku dengan erat.
"Angel juga manusia..." Kiroro bergabung.
"Maafkan kami yang telah menuduhmu." Ucap Nico pada Kiroro.
"Aku mengerti, Mungkin Kaka takut aku terlalu melindungi Tian hingga terpaksa membunuh Angel yang memburunya." Kiroro melingkar di paha nico yang memeganginya.
"Jadi benarkan, kamu tidak membunuhnya?" Kataku harap-harap cemas.
"Aku tidak membunuh sesamaku. Kero mati bukan karena aku, harusnya Nico tahu alasannya." Ucapan Kiroro membuatku berpikir keras, mengapa Nico tak memberitahuku, di sana dia juga mengatakan aku belum tahu apa-apa. Apa yang sebenarnya terjadi.
oooooo
"Tian..." Sapa Nico di halaman belakang.
"Apa?" Sahutku masih membelakanginya.
"Maaf... Tapi aku berharap bisa memberitahukanmu pelan-pelan." Suara Nico tampak getir.
"Aku sungguh tidak mengerti, bahkan apa yang pernah kamu katakan saja sulit untuk aku fahami." Aku berbalik dan memarahinya.
"Bukannya begitu. Sehari setelah kita bertemu, aku bertemu Kaka. Ia telah berhasil mengumpulkan dua belas orang. Termasuk aku, dan itu cukup. Mengingat aku menyertakanmu dalam hal ini, itu sebuah masalah baru."
"Aku, Angela, Kaka, Sysy, Lara, Reno adalah Angel yang pertama. Setelah Angela meninggal kekuatan nya berpindah ke dalam tubuhku. Tapi aku tak sanggup untuk menopangnya, sesekali aku bisa brutal. Sampai akhirnya Kaka bertemu Lintang dan Banyu, untuk manusia biasa mereka tidak akan sanggup jika harus menerima kekuatan besar Angela dengan utuh, hingga akhirnya kami membaginya baru mereka bisa mengendalikan kekuatannya. Begitupun saat Reno meninggal, Kaka membagi kekuatannya dengan Arum dan Jely. Tapi saat Myu meninggal dan mengambil kamu sebagai salah satu penerima kekuatan itu. Kau telah memilikinya tanpa ku pindahkan kekuatannya." Nico menghentikan ceritanya.
"Bahkan sebelum kekuatan Myu diambil." Tambahnya.
"Kau benar-benar seorang Angel Tian, dan itu di luar dugaan." Nico terduduk.
"Benar-benar seorang Angel? Lalu kalian apa?" Tanyaku heran, ceritanya seperti terus berputar-putar.
"Kami mendapatkan kekuatan ini dari orang terdahulu, Kekuatan kami tidak murni. Setiap salah satu penerima kekuatan mati, maka kekuatan yang dimilikinya harus dibagi untuk menyeimbangkan dengan kekuatan tubuhnya."
"Jadi itu sebabnya kamu mengira Angelina meninggal karena ini?" Tanyaku lagi, mengingat cerita Kiroro tempo hari.
"Kekuatan ini seperti kutukan, hanya orang yang berhati baik yang dapat membawanya. Seperti dua sisi mata uang, salah satu penerima kekuatan itu akan ada yang kalah" Lirihnya.
"Tapi... Kenapa Angela mati, bukankah ia orang yang baik?" Tanyaku menyamakan pendapat.
"Angela terlalu terobsesi. Ia menginginkan Angel yang murni, siapa saja yang membunuh Anggel murni akan menghentikan siklus kehidupan kekuatannya." Jelas Nico.
"Jadi Sysy ingin membunuhku untuk memiliki kekuatan yang dimilikinya saat ini?" Tanyaku meyakinkan.
"Kemungkinan ya!" Nico tidak yakin.
"Apa kau juga akan melakukan hal yang sama?" Tanyaku was-was.
"Tentu tidak, aku bisa terbunuh dengan apa yang akan aku lakukan. Pekerjaan itu hanya bisa dilakukan oleh hewan peliharaannya saja. Tapi ada satu cara lain untuk menghentikan siklus hidup kekuatan ini." Nico kembali bersemangat.
"Caranya?" Tanyaku cepat.
"kami harus mengembalikannya kepada Angel murni. Hanya saja... bagi mereka ini sangat tidak adil. Tidak semua Angel menyetujuinya." Penjelasan Nico menunjukan keputusan ada di tanganku.
"Lalu, apa Kaka seperti mereka?" Tanyaku ingin tahu.
"Tidak. Ia pindah ke SMANKU juga untuk melindungimu." Tambahnya, membuatku lega.
"Bagai mana mungkin ini terjadi, pada akhirnya Angel akan melakukan hal yang jahat." Aku bersimpuh, memeluk lututku dengan erat.
"Angel juga manusia..." Kiroro bergabung.
"Maafkan kami yang telah menuduhmu." Ucap Nico pada Kiroro.
"Aku mengerti, Mungkin Kaka takut aku terlalu melindungi Tian hingga terpaksa membunuh Angel yang memburunya." Kiroro melingkar di paha nico yang memeganginya.
0 koment:
Posting Komentar