Guardian Angel :: Page III "Angel Hunt"

0 koment

Minggu, 08 Januari 2012



"Ini berawal saat Angel Hunt mulai mencari Angel-Angel lainnya untuk membantu mereka. Angel Hunt memulai pencariannya dari satu daerah ke daerah yang lain. Mereka sendiri tidak yakin, apakah ada Angel lainnya selain mereka. Tapi sejak mereka berpikir Angel ada_yaitu mereka. Mereka percaya, ada Angel-Angel lain yang berserak di bumi ini, walau kemungkinannya kecil. Karena bagi sebagian Anggel, dirinya tidak mengetahui akan jati dirinya sendiri. Karena ingatannya tentang masa lalunya telah hilang." Nico telah asyik dengan minumannya. Aku memandanginya dengan tatapan ragu.

"Sejak aku tahu Angelina adalah seorang Angel. Aku tak lagi bertemu dengannya, ia terus mencari dan terus mencari keberadaan Angel lainnya." Raut wajahnya terlihat mendung, aku tak berani memotong pembicaraannya.

"Tapi... sebelum sempat mengumpulkan para Angel, ia telah tiada." Ucapnya getir memunggungiku.

"Apa maksudmu?" Tanyaku.

"Meskipun kami Angel, kami tetaplah manusia. Kehidupan kami terbatas untuk waktu yang sudah di tentukan, seperti Myu..." Tatapannya mengerah kedua bola mataku.

"Jadi..." Pikiranku mengarah ke hal-hal yang buruk.

"Yah... Myu sudah tidak ada." Jawabnya penuh penyesalan.

"Lalu apa itu Angel. Benar-benar seorang malaikat?" Pertanyaanku penuh misteri, entah aku sendiri kapan akan mengerti.

"Itu sebutan bagi seseorang yang terpilih. Karena tugas seorang Angel adalah melindungi sesamanya." Jelasnya dengan muka penuh keyakinan.

"Tapi manusia saling bahu membahu... mengapa harus ada Angel?" Ucapku berargumen.

"Manusia punya batas kemampuan, tapi Angel punya kemampuan special yang tak dimiliki oleh manusia biasa. Kau ingat, bagaimana kau bisa bercakap-cakap dengan binatang. bisa membaca pikiran orang, berkomunikasi jarak jauh, bergerak secepat kilat, munghilang." Jelasnya dengan nada tertahan.

"Tapi tidak semua kemampuan itu aku miliki, hanya beberapa yang aku bisa. Apa aku benar Angel?" Aku mengingat sebagian hal yang aku bisa, tapi tidak untuk sebagian yang lain.

"Apa kau pernah diberi seekor kucing seperti benda ini?" Tanyanya, lalu memperlihatkan sebuah bandul yang pernah diberikan seekor kucing padaku.

"Ada. Kau juga memilikinya?" Tanyaku masih memastikan.

"Aku diberi oleh Angelina. Lihatlah, perhatikan dengan seksama. Isi di dalam bandul itu adalah dua sayap untuk Angel" Disodorkannya bandul itu lebih dekat. Rupanya benar, terdapat dua sayap kecil di dalamnya.
Segera ku ambil bandul yang ku miliki, rupanya benar. hanya saja bentuk sayapnya berbeda. Selama ini aku tak begitu memperhatikan, bandul ini tidak terlalu bagus. Hnya saja bening berkilau, dan aku tidak sadar wahwa kilauan tersebut datangnya dari dua sayap di dalamnya.

"Itu artinya kau adalah manusia terpilih." Ucap Nico, lalu menyodorkan dua bandul lagi.

"Punya siapa ini?" Tanyaku.

Terdapat dua pasang sayap yang berbeda lagi. "Ini milik Angel dan Myu. Sebelum mereka pergi, mereka harus menyerahkan bandul ini ke Anggel lainnya. Karena hanya dengan ini kita akan tahu, siapakah Angel selanjutnya." Nico menjejerkan ketiga bandul tersebut, aku pun menaruh bandulku di sampingnya.

"Lalu ada berapa jumlah bandulnya." Tanyaku, karena sekarang terdapat empat bandul.

"Aku tidak tahu, tapi aku pernah dengar ada tujuh bidadari. mungkin ketujuh Angel adalah perempuan, tapi aku adalah Angel laki-laki. Jadi tidak tahu ada berapa Anggel laki-laki lagi." Disimpannya bandul itu. Akupun mengambil bandulku.

"Lalu apa yang harus kita lakukan. Bagaimana kita menjalankan tugas seorang Angel, bahkan aku tidak tahu kemampuanku sendiri dan cara menggunakannya." Aku ingat, selama ini aku tak menggunakan kemampuanku untuk apapun. walau untuk kepentinganku sendiri.

"Saat waktunya tiba, bawah sadarmu akan bisa menggunakannya. ingat saat kamu mengantar kucing pada majikannya. kau pun akan melakukan hal yang sama dengan kemampuanmu yang lainnya." Nico berpamitan, ia tidak enak dengan Mama dan Papa yang mengawasi kami dari ruang sebelah. Bagaimanapun, Nico adalah teman yang baru aku kenal. Mereka akan khawatir dengan ini.

"Ok. Penjelasannya sampai disini dulu, kita akan membahasnya dilain kesempatan. Jaga dirimu baik-baik. umur manusia gak ada yang tahu. karena itu, gunakan ini dengan sebaik-baiknya. Karena pencarian Angel tidak semudah yang kau bayangkan." Tuturnya menutup pembicaraan.

oooooo

Lagi lagi kepalku serasa ingin pecah, ingatan itu seperti obat yang memiliki efek samping cukup parah. Terbukti, setiap ada yang masuk ke dalam ingatanku mengenai ini. Saat itu pula, kepalaku bereaksi keras. itu sebabnya, saat pertama kali ingatanku kembali keadaanku selemah itu, sampai harus dibawa ke UGD, dan menjalani rawat inap beberapa hari. Rasanya sakit sekali, seperti akan mati.

Sekarang aku tahu, mengapa Putri maksudku Myu selalu mengingatkanku bahwa aku ini Angel. Bukan karena aku ini Angel di kehidupan yang lain, melainkan ia ingin mengingatkanku akan sesuatu yang menjadikanku Angel. Permintaannya untuk menjadi temannya berlaku sampai ia pergi. Andai aku menyadarinya lebih awal, mungkin aku bisa bertanya banyak hal dengan Myu. Aku sungguh menyesal mengabaikan penjelasan Myu.

"Oya. Bagaimana dengan Kiroro. Apa yang dilakukannya, seekor binatang pilihan." Ingatanku membaik, dan tidak menimbulkan kontaksi di kepalaku. ini jauh lebih baik.

oooooo

Setelah melewati masa pemulihan akibat kecelakaan yang mengakibatkan benturan di kepala dan patah di kaki. Akhirnya aku kembali melakukan aktifitasku kembali. Benturan kepala yang sempat membuatku lupa ingatan, dan kakiku yang pernah sulit untuk digerakan sekarang berangsur membaik.

Hal pertama yang ingin aku lakukan adalah mengunjungi rumah Myu yang bertahun-tahun lalu aku datangi. Apa Keluarganya msih tinggal di rumah itu, atau apakah Kiroro pergi mencari majikan baru seperti Myu yang sama-sama Angel.

"Ma. Aku jalan-jalan dulu yah." Mendengarku mengucapkan kalimat itu Mama spontan  berkata, "Jangan!" Ia berlari menghentikanku.

"Sayang. Kaki kamu ini kan baru sembuh. Kalo mau jalan-jalan di halaman aja kan bisa. Kaki kamu masih butuh penyesuaian untuk berjalan." Aku rasa ada benarnya juga ucapan Mama, aku hanya terlalu bosan berada dirumah terlalu lama. meskipun aku mendapat pelajaran, dan bisa berinteraksi dengan teman-temanku di dalam rumah. Tapi tetap saja, aku ingin keluar dari rumah yang sudah kudiami terlalu lama.

Sejak ingatanku kembali, dan dokter memperbolehkanku untuk belajar mengejar ketinggalanku. Gubid yang hari itu mengajar, malamnnya datang kerumahku untuk memberikan pelajaran. Seperti Hoomschooling saja. Mama yang meminta mereka untuk melakukan itu, dengan biaya tambahan pastinya.

Sejujurnya jika Mama tak melakukan itu, aku akan berkeras untuk diantar kesekolah. jadi Mama tak punya pilihan lain untuk tdak melakukan itu. Meskipun begitu, masih saja terasa ada yang kurang. selama pelajaran yang diberikan, aku hanya bisa berbaring di ranjang.

"Baiklah. Kalo begitu, aku minta Mang Dadang anterin Tian ya Ma. Temen Tian ada yang meningal dunia. Tian mau berbela sungkawa kerumahnya." Ucapku, berharap Mama bisa mengijinkan.

"Oh.. Em... Kalo gitu Mama aja yang anter kamu." Mama mengajukan pendapatnya.

"Gak usah ma. gak enak! Tian aja gak begitu kenal sama orang tuanya, hanya saja sama anaknya emang udah deket." Kataku lagi, berharap mama menyingkirkan pendiriannya.

"Sayang..." Mama berkeras.

"Mama... Aku akan baik-baik aja Ma." Ucapku meyakinkan.

Akhirnya Mama pun Kalah. Kamudian Mama memanggil Mang Dadang untuk mengantarku ke rumah Myu.

"Mamang tunggu sini yah?" Ucapku pada Mang Dadang, sebelum ia beranjak dan membantuku berjalan.

"Tapi Non..." Aku segera membantah, "Kaki Tian udah bisa jalan. Mamang liat kan aku udah jalan-jalan di rumah?" Segera setelah itu aku menutup pintu mobil.

"Spada... Anybody home?" Sudah tida kali aku mengucapkannya, tapi tak seorangpun di dalamnya menyahutiku.

"Apa di rumah ini gak ada orang yah?" Tanyaku dalam hati.

"Hay Tian," Sapa seseorang dari balik tubuhku.

"Nico. Sedang apa kamu disini?" Tanyaku curiga.

"Didalam tidak ada orang. Kalo Nyokap sama Bokap Myu ada di rumah tiap hari, Kiroro gak akan tinggal di sini." Terangnya, seperti tahu akan kedatanganku kerumah itu karena apa.

"Dari mana kamu tahu tentang Kiroro?" Tanyaku memastikan.

"Ya dari Myu Lah. Myu tahu dia Angel aja dari aku, lagi Pula Kiroro itu aku yang bawa. Angelina yang memberikannya padaku agar aku memberikannya kepada Anggel-Angel lainnya." Kiroro yang semula dimasukan ke dalam ranselnya merangkak ke bahunya dan melingkar di lehernya, layaknya syal.

"Kiroro..." Aku hanya melihatnya geli. Tapi ada yang aneh, Kiroro tampak lebih kecil, bulu-bulu tebalnya seperti lenyap.

"Ini wujud asiliku, agak sedikit berbeda dengan kucing biasa." tuturnya, masih membuat decak kagum.

"Kita bicara. Suruh Mang Dadang pulang, biar aku yang antar kamu pulang." Perintahnya.

"Mang. Tian akan lama, Mamang pulang aja. Nanti Nico yang akan mengantar Tian Pulang." Mang Dadang tampak percaya pada Nico. Sewaktu Nico ke rumah, mang Dadang memang terlihat senang dengan kehadiran Nico.

"Baiklah Non. Ati-ati yah, nanti kalo Non butuh Mamang telpon aja." Sahutnya.

"Iya." Jawabku singkat. Lalu Nico membawaku pergi secepat kilat. Aku sempat melihat Kiroro sekilas, gerakannya sama seperti Myu waktu itu. Selagi aku berkutat dalam hati, Nico menurunkanku di bawah pohon yang berada di atas gunung. Dari situ kawasan kompleks terpampang jelas.

Seterhentinya gerakan cepat itu, mendadak perutku bereaksi, rasanya ada yang ingin melonjak dari dalam kerongkongan. "Apa kau mual?" Tanyanya meyakinkan.

"Iya." Jawabku dengan muka pucat.

"Minum ini, aku tahu itu akan terjadi. Pertama kali Myu kubawa lari responnya tidak berbeda denganmu." Tuturnya.

"Apa kau juga Angel Hunt?" Tanyaku membuka pembicaraan.

"Yah, bagi seseorang yang mencari Angel disebut Angel Hunt. Aku baru menemukan dua Anggel, kau dan Myu." Jawabnya tidak yakin.

"Apa sekarang tinggal lima untuk Angel yang perempan?"

"Tidak."Jawanya cepat. "Enam lagi. Jumlahnya harus lengkap, baru bisa mengeluarkan sayap-sayap dalam bandul ini."

"Apa. Jadi kita mengumpulkan Angel untuk itu, aku pikir itu semacam benda yang digunakan untuk mengetahui mana yang Angel atau mana yang bukan."

"Kau pikir untuk apa ada bandul sebanyak ini. Aku sendiri tidak tahu rahasia di dalamnya, itu hanya bagian cerita Angelina yang baru diceritakannya." 

"Jadi. tak banyak informasi untuk apa yang kita lakukan sekarang?" Ahhirnya aku berkesimpulan.

"Angelina bukan satu-satunya Angel. Ada Lara, Sysy, dan Kaka. Kaka adalah Angel pertama." Sahut Kiroro di tengah pembicaraan aku dan Nico.

"Jadi sudah tujuh orang yang sudah terkumpul, tapi Angelina dan Myu sudah... tunggu! jika kita tidak bisa mengumpulkan dalam jumlah yang di tentukan apa yang terjadi? Lalu, bagaimana jika setelah terkumpul satu di antara kita ada yang mati. Lalu sampai kapan kita mencari seorang Angel." Mendadak sesuatu membuatku khawatir, masalah ini sepertinya tidak bisa disepelekan.

"Kaka mengatakan, jumlah yang cukup akan menyama meratakan kekuatannya. jika salah satu kehilangan nyawanya, kekuatan itu akan di alihkan kedalam salah satu tubuh Angel lainnya. Tapi, jika ia tidak bisa mengendalikan kekuatan tersebut. Ia kan dikendalikan oleh kekuatan itu sendiri." Kiroro menjelaskan.
"Apa?" Sedetik akupun melihat Nico terkejut, agaknya ia tidak tahu bagian itu.

oooooo

"Angelina adalah Kekasih Nico." Ucap Kiroro.

"itu sebabnya, ia membantu Myu meyakinkanku?" sahutku.

"Bukan, tapi Myu yang membantu Nico Meyakinkanmu." Jelasnya.

"Myu adalah keponakan Nico. Awalnya ia tidak ingin Myu terlibat, ia sudah sakit sebelum dipastikan menjadi Angel. Nico meyakininya sejak ia membawaku kerumah Myu saat ingin menemuimu." Cerita Kiroro.

"Menemuiku, kapan?" Tanyaku, sambil mengingat-ingat.

"Sebelum kamu kerumah Myu, seekor kucing yang memberimu gandul tersebut." Katanya sambil mengendus bantalan yang kusediakan.

"O iya, kau bertemu denganku dengan wujud aslimu ini yah?" Aku mengingatnya.

"Jadi kau mengetahuinya sejak lama." Tanyaku pada Kiroro.

"Ya. Kau adalah Angel pertama yang ditemukan Nico, itu sebabnya ia pindah sekolah ke SMANKU untuk mendekatimu. Tidak disangka, ternyata bandul tersebut juga bereaksi saat Myu menyentuhnya." Kiroro mulai melingkarkan tubuhnya layaknya kucing biasa.

"Dari mana bandul itu, kalian yang membuatnya?" Tanyaku ingin tahu.

"Bandulnya buatan Kaka, tapi sayap didalamnya adalah buatanmu sendiri." Kiroro mulai berpikir keras.

"Buatanku, bagaimana?" Tanyaku bingung.

"Saat kau menyentuh bandul tersebut, ingatkah saat itu cahayanya terpancar? saat itu sebuah sayap tercerminkan di dalam bandul tersebut. itu adalah gambaran kekuatanmu sendiri." Jelasnya lagi.

Aku semakin tidak mengerti, rasanya sulit memahami sesuatu yang tidak pernah ada sebumnya. Aku mengelus-elus tubuh Kiroro dan membiarkannya lelap dalam tidurnya.

"Aku akan menjagamu Kiroro, demi Nico, dan Myu yang telah mempercayakanmu kepadaku." Ucapku dalam hati saat menerima pemberian Nico dibawah pohong rindang itu.

Guardian Angel :: Page II "Her Friend Angel"

0 koment


Kulihat seorang gadis yang menyebrang jalan. Ada yang aneh, anak itu tidak menoleh. Baik untuk ke kiri maupun untuk ke kanan. Jalannya juga sedikit sempoyongan, tangannya seperti  menopang tubuhnya kuat-kuat. Hanya itu yang aku lihat dari balik tubuhnya.

"Maaf. Ada yang bisa saya bantu?" Tanyaku dari belakang. Mendadak dia berlari menembus kendaraan yang berlalu lalang. Aku panik, takut-takut kalo salah satu dari kendaraan itu menghantamnya.

Gerakannya lues, cepat. Mataku tak mampu mengikuti langkahnya. Beberapa detik kemudian gadis itu telah berada di ujung jalan dengan selamat.

Heh... Betapa leganya aku akan keberhasilan seorang gadis yang selamat dari maut dengan kondisi tidak memungkinkan.

Saat gadis itu menyebrangi jalanan. tak satupun kendaraan yang menurunkan kecepatan, membuat jantungku hampir copot saja.

"Siapa gadis itu, berani benar dia." Komentarku, setelah berlalu dari tempat semula.

oooooo

Sudah beberapa hari ini aku mengalami banyak hal yang aneh. Mulai dari mengerti bahasa binatang, mendengar percakapan orang dalam hati. dan melihat orang-orang yang aneh seperti waktu itu.

"Apa aku gila?" Pikirku dalam diam.

"Apa yang harus aku lakukan? menolong mereka? untuk apa aku mengetahui masalah pribadi orang yang tidak kukenal, kurang kerjaan.

Aku berjalan menyusuri sebuah gang sempit ke arah sebuah rumah. Tempatnya dikawasan kompleks yang cukup elit. Hanya saja, aku sering berjalan kaki jika hendak ke mini market di ujung kompleks yang dekat dengan jalan raya. Rasanya terlalu berlebihan jika aku harus menggunakan mobil dengan sopir hanya untuk mengantarku ke beberapa meter saja jaraknya.

Lagi pula, kadang keperluanku sulit untuk ditentukan. Perlu melihat bendanya terlebih dahulu baru memilih apa yang akan aku beli. Aku tak pernah berniat untuk membeli sesuatu tertentu sebelum berada di tempat yang ingin ku tuju. Itu sebabnya aku tak pernah menyuruh orang lain untuk membelikan sesuatu yang kumau.

Sebenarnya, Mama sering mengomel. Untuk apa jalan bolak-balik, padahal aku bisa membeli dalam jumlah banyak untuk kurun waktu tertentu. Seperti hal-hal yang bisa kita persiapkan jika nanti kita butuhkan. Tapi aku tidak seperti itu, aku selalu membelinya jika aku butuh saat itu, bukan untuk nanti.

Selagi diperjalan itulah aku sering menemukan hal-hal yang aneh dalam hidupku. Tepatnya satu bulan yang lalu, saat pertama kali aku berjalan beriringan dengan seekor kucing. Kucing itu menatapku sambil terus melangkah. Aku dekati saja dan memberinya sekaleng ikan. Tapi kucing itu malah meraih tanganku, lalu menjulurkan tangannya yang sedang memegangi sesuatu.

"Apa?" Tanyaku, seakan kucing itu bisa bersua.

"Meong... Meong..." Bunyinya. Aku bingung, lalu kusambut benda itu dan menyimpannya. Sebuah Bandul yang bisa dijadikan gantungan atau sebuah kalung. Tapi aku tak menjadikannya apapun dan menaruhnya apa adanya.

Setelah itu, kucing kecil pergi meninggalkanku beserta makanan yang bisa dimakannya. "Apa ia mengikutiku hanya untuk ini, bagaimana mungkin seekor kucing mengabaikan ikan segar seenak ini..." Pikirku keheranan.

Seminggu setelah itu, aku menemukan binatang yang sama. Kali ini tampak berbeda, lusuh, cacat, dan tertatih-tatih. Aku iba, dan memberinya beberapa buah kaleng ikan. Tapi lagi-lagi ia memilih untuk meraih tanganku. seraya ia berkata, "Tolong aku, kembalikan aku ke majikanku." Sontak aku menjauhkannya dengan kasar. Ku tengok sekelilingku, berharap ada kemungkinan lain, seperti ada seseorang didekat sini. Tapi nihil, hanya ada seekor kucing dihadapanku.

"Kau...?" Aku memastikan, kucing ini baru saja berbicara.

"Aku yang berbicara... Tolong aku, kembalikan aku pada majikanku."

Aku bergidik ngeri. "Masih adakah seorang manusia yang mengerti bahasa binatang selain Nabi Sulaiman?" Aku tak yakin pada diriku sendiri, lalu mengendong kucing itu layaknya seorang bayi. "Di mana rumah majikanmu?"

"Di sebrang jalan mini market yang sering kau lewati." Katanya kemudian.

Aku hanya menelan ludah tidak mempercayai kejadian ini, lalu berbalik kearah yang berlawaan untuk kembali ke tempat jalan raya berada, tepat di depan mini market.

Aku berjalan tanpa berusaha bercakap-cakap, aku tak ingin dilihat sebagai orang gila oleh orang lain. Karena itu aku membiarkannya terdiam sampai diujung jalan.

"Kita sudah menyebrang. Dimana rumah majikanmu?" Tanyaku sekali lagi.

"Berjalanlah lurus. Ujung jalan ini akan menuntunmu ketempat majikaku." Tuturnya, seolah ia adalah manusia yang menjawab pertanyaanku.

"Apakah ini rumahnya" Tanyaku beberapa menit kemudian saat tepat berada di muka salah satu rumah.

"Benar." Jawabnya singkat.

"Bisakah kau masuk, dan menciipi minuman dan makanan yang disediakan majikanku sebagai tanda terimakasihku?" Tanyanya ramah.

"Aku ihklas membantumu, tapi baiklah... aku akan mengantarmu sampai ke tangan majikanmu." Tuturku tak kalah ramah.

Rumah itu tak kalah besar dengan rumahku. Hanya saja rumah ini tampak gelap dengan cat warna coklat tua beserta aksesoris dari kayu dan batu disegala sisi. seperti sebuah dunia baru yang unik dan khas, beda sekali dengan rumah-rumah yang berjejer di sisi kanan dan kirinya.

"Spada... anybody home?" Segera setelah beberapa panggilan, pintu itu terbuka.

"Iya. Maaf, anda siapa yah?" Setelah ia melihat kucing itu, barulah pintu terbuka lebar dengan sendirinya tanpa penjelasan panjang dariku.

"Kiroro..." Disambarnya kucing itu dengan kasar. Agaknya ia tak berpikir itu akan melukaiku. Tapi tingkahnya memperlihatkan betapa senang peliharaannya kembali padanya. Aku ikut senang.

"Maaf. Bagaimana kau tahu tempat tinggal kucing ini..." Tanyanya sembari mempersilahkanku masuk pada akhirnya.

"Aku masih tidak mempercayainya. Tapi aku mendengarnya bicara." Jelasku. Ia telihat terkejut, responnya sama sepertiku saat mendengarnya. Tapi sedetik itu juga ia tersenyum, "Begitu yah..." Ucapnya.

"Silahkan..." Dibawakannya sebuah cake dan secangkir teh. Aku menyeruput tehnya sedikit, lalu berpamitan.

"Tidakah aneh. jika kau pergi begitu saja?" Ucapnya penuh maksud.

"Apa ada masalah?" Tanyaku heran.

"Tidakah kau berfikir aku tahu sesuatu... atau kau yang mengharapkan sesuatu dariku..." Tanyanya lagi dengan muka berharap.

"Em... Aku tidak memintamu untuk membalas budi, aku senang bisa menyelamatkan peliharaanmu, dan membantumu" Jawabku yakin.

"Ia juga mengatakannya, di balik daun pintu tadi!" Sahut seekor kucing itu.

"Apa kau juga bisa mendengarnya berbicara seperti manusia?" Tanyaku meminta jawaban.

"Yang kumaksud adalah itu. Aku tak pernah bertemu orang yang mengerti dengan apa yang ia katakan. Sebenarnya tidak semua bahasa hewan bisa kau mengerti. Tapi ada beberapa binatang yang seperti Kiroro, binatang pilihan. Karena itu, seseorang yang bisa mengerti bahasanya juga seorang pilihan." Penuturannya meyakinkan, tapi jalan yang diceritakannya yang tidak meyakinkan.

"Aku tak mengerti." Akuku.

"Bukankah kau seseorang yang menyapaku, ketika aku menyebrangi jalan?" Tanyanya seperti memastikan sesuatu.

"Em... Maksudmu. Kau adalah orang yang waktu itu..." Aku menebak, tapi masih tak berhasil untuk yakin.

"Ya." Jawabnya pasti.

"Siapa kamu, siapa kucing itu, siapa kalian..." Aku panik, mengetahui mereka orang yang berbeda dari orang-orang yang ada di dunia ini.

"Kami adalah Angel...." Seketika kucing itupun beranjak, terlihat segar bugar. Tampak sehat.

"Apa ini, bukankah tadi kau..." Aku mulai tidak nyaman, hatiku menjadi resah karenanya.

oooooo

Mataku masih kunang-kunang, padahal cuma berjalan beberapa meter. "Mang,,, bisa ambilkan Tian obat?" Pintaku dengan nada lemah. "Loh, Non kenapa? Mamang panggilin Bibik yah, atau Non pingin Mamang telponin Nyonya?" Sahut Mang Dadang panjang lebar.

"Tidak usah Mang, ambilkan juga air sama susu di kulkas..." Tambahku.

"Ya Non..." Jawab Mang Dadang sigap.

Hari ini semua anggota keluarga punya urusannya masing-masing, entah kemana. Bik Ila pasti masih sibuk nyiapin makan malam. "Ini Non... Tadi Bibik pesen, minum susunya jangan yang dari kulkas. Jadi Mamang ambilin yang ada di rak." Terang Mang Dadang.

"Oh. Ya udah, gak papa mang..." jawabku mempersilahkannya kembali bekerja.

"Kalo Non butuh sesuatu, Non panggil Mamang aja!" ucap Mang Dadang.

"Iya, makasih ya Mang..." Segera setelah Mang Dadang pergi aku meminum sebutir obat sakit kepala dan meminum seteguk air susu. Aku ini tidak bisa menelan obat yang gede-gede itu bulat-bulat, aku sudah terbiasa mengunyahnya mentah-mentah meski pahitnya minta ampun. Karena itu aku butuh sesuatu yang manis untuk pencuci mulut, termasuk susu tadi.

Bik Ina buru-buru menghadapku, mungkin kerjaannya telah selesei. "Non... Kenapa to Non..." Tanyanya prihatin.

"Gak tau ni Bik, mendadak kepalaku kunang-kunang. Mungkin semalam kurang tidur." Jawabku seadanya.

"Loh, kenapa to. ko Non jadi kurang tidur, Non lagi mikirin apa To." Bik Ila memijiti kakiku, sambil terus memperhatikanku.

"Bibik istirahat aja, aku akan tidur di kamar." Pintaku pada Bik Ila, mengetahui ia akan sibuk mengurusiku.

Semalaman aku memang tidak bisa tidur. Kejadian di rumah majikan kucing itu membuat kepalaku pusing tujuh keliling. rasanya, mau di susun dari bagian manapun, ujungnya tetap gak jelas. Aku tidak mengerti, sebenarnya apa yang terjadi denganku.

Gadis itu memperkenalkan namanya Adalah Myu. Ia tahu aku adalah orang pilihan. karena itu ia sering memperhatikanku diam-diam. Hanya saja dia butuh sesuatu yang meyakinkan, dan Kiroro berhasil membuktikannya.

"Maukah kau bergabung dengan kami?" Tanyanya ketika itu.

"Aku? kenapa aku, untuk apa dan kenapa?" tanyaku beruntun.

"Karena pada akhirnya kamu akan tahu apa yang kami lakukan, dan kamu akan terlibat dengan semua ini." Myu terlihat takut, tapi dia memberanikan diri menjelaskannya padaku.

"Aku sungguh tidak mengerti, dan aku juga tidak ingin mengerti. Urusi semua urusanmu, dan aku tidak akan mengurusi apapun yang menjadi urusanmu." Ucapku tandas, beranjak meninggalkannya dan Kiroro.

"Apa yang aku lakukan salah?" Tanyaku pada diriku sendiri. Kepalaku berdenyut saat ingatan itu kembali, rasanya sakit sekali.

"Apa yang harus aku lakukan? Menjadi temannya, yang katanya Angel?" Jawabku putus asa.