Berkali-kali aku diingatkan akan jati diriku, padahal tanpa di ulangi aku sudah hafal 'siapa diriku di sini' sayangnya Putri masih mencemaskanku. Sampai-sampai ia harus terlibat dengan urusan manusia di bumi. Hah,,, nasip-nasip. Entah kecelakaan apa hingga aku bisa terjebak ke dalam tubuh manusia dengan sosok Angel. Padahal aku terlihat layaknya manusia pada umumnya.
Aku hanya mengingat satu hal dari sekian waktu kehidupanku sebelumnya. Bahwa ada seseorang yang harus aku lindungi, siapapun itu ia adalah orang yang begitu penting dan berarti.
oooooo
Putri mengetuk kamarku sebanyak tiga kali. Tapi tanpa kubuka pintu yang diketuknya, ia bisa leluasa untuk menembusnya. Aku sendiri tidak mengerti dengan tingkahnya, ingin terlihat seperti manusia tapi tidak ingin mengikuti cara hidup manusia. Tidak ingin dianggap Angel tapi ia tetap memakai cara hidup Angel. Aku hanya memperhatikan tanpa mencela pikiran gak jelasnya.
"Tian... Kau harus sekolah, meskipun kamu menjadi manusia, ingat kau adalah Anggel." Ucapnya untuk kesekian kali.
"Putri..." Lama-lama aku geram. Hal sepele yang sudah pasti aku ingat saja masih diberitahukan, kurang kerjaan!
"Ok." Ia kemudian menghilang dari pandangan.
"Dasar Angel aneh. Untuk apa ia datang dengan mengetuk pintu jika pada akhirnya pergi dengan menghilang dari pandangan begitu saja." Aku menghela nafas dalam-dalam.
Mulai dari buku pelajaran, PR, dan alat tulis lainnya sudah tertata rapih di dalam tas, begitupun hand phone yang tidak begitu banyak kegunaannya. Sebagai Angel kami bisa berkomunikasi jauh dekat tanpa perantara, begitupun kami tidak memerlukan transportasi untuk bepergiaan. Hidup Anggel serba mudah, efektif dan efisien. Itu sebabnya Angel tidak pernah ngaret layaknya manusia.
Oya kenalkan, namaku Titian. Sejak aku memakai tubuh ini, nama itu mulai diberikan padaku. Sejak menjadi dirinya, aku harus menghafal semua anggota keluarga, kerabat, teman dan orang-orang yang dikenalnya. itu membuatku pusing. Meskipun Anggel bisa melakukan apa yang tidak bisa manusia lakukan, tapi kapasitas otak Angel juga terbatas. Setidaknya untuk jangka waktu yang singkat.
Belajar, mengingat adalah sebuah proses yang membutuhkan waktu, jika selepas kecelakaan Titian langsung sadar, maka aku tidak punya kesempatan untuk mempelajari diriku sendiri ketika memerankan orang ini.
Setidaknya diagnosa dokter menyatakan aku hilang ingatan total, alhasil mereka membantuku untuk mengenali siapa, dengan siapa, diamana dan bagai mana Titian hidup sebelumnya.
Hanya saja sesekali mereka menganggap Titian berubah, agaknya bawah sadar mereka mengetahui aku ini bukan Titian seperti sebelumnya. Aku tidak peduli, karena itu bukan bagianku, mengurusi kehidupan manusia diluar batas areaku bukanlah keharusanku.
Aku bergegas setelah yakin siap berangkat ke sekolah. sebelumnya aku sudah disambut Mama, adik, dan Kakakku. Aku baru ngeh, Titian berasal dari keluarga berada yang harmonis. Kakak dan adiknya tak bermasalah dengannya. Bahkan mereka terlalu akur untuk saudara kandung yang sudah dekat.
Seingatku, semakin dekat seseorang akan semakin sering bertengkar. Tapi pertengkaran itu bukan jalan adanya pertentangan dan perpecahan, melaikan jalan adanya perdamaian dan kebahagiaan, sejenis bumbu khas keluarga.
Aku mengingatnya sebagai sebuah naluri. Walau Angel, tetap pemilik hati sejati. Alah, aku mulai ngaco. Papa terlihat begitu bijak, ditambah Mama yang lembut dan ramah. suasana rumah ini benar-benar tentram dan sangat nyaman. Beruntung banget Tiatian bisa hadir sebagai bagian dari keluarganya.
"Tian pergi dulu Ma." Jeck dan Tara mengikutiku.
Aku masih diawasi oleh mereka, karena masa pemulihanku yang kelewat cepat, mereka takut kalo-kalo kesehatanku cacat atau tidak sempurna. kelak itu akan membuat sakitku akan lebih parah. padahal itu karena tubuh ini digunakan oleh seorang Angel.
Hem... Aku tidak tahu, siapa itu Putri. Sewaktu aku sudah berada di dalam tubuh ini, ia adalah seseorang yang pertama kali menjelaskan keadaanku, siapa diriku, dan untuk apa aku hidup.
Awalnya aku ragu, bahkan aku memastikan diriku bahwa aku adalah manusia dan menganggap ucapannya tidak benar. baru setelah ia menghilang dan sebagainya, aku mempercayai semua ini. walaupun masih terasa aneh.
Dengan begitu, ia adalah penunjuk jalan dan pencari arah yang selalu jadi yang pertama kutanyakan. Seperti yang kubilang, sama seperti Titian aku pun lupa ingatan. Karena itu, menjadi dirinya sama saja seperti menjadi diriku sendiri, yaitu perlu membuat ingatan baru diotaku.
oooooo
"Namaku Raya. Lo inget Tian?" Tanyanya dengan muka risih.
"Aku gak yakin." Jawabku hati-hati.
"Oh. Tak apa. Pelan -pelan pasti bisa," timpalnya. Aku tahu ia sangat memperhatikan Titian. Tapi sungguh, aku tak bisa berpura-pura menganggapnya berarti lebih dari apa yang aku rasakan sendiri, meski sekarang aku menjadi Tian.
"Tian gua Lucky. Gua sering banget ngisengin elu. Tapi kali ini gua janji, gua akan berubah demi elu. Jadi, inget gua lagi yah?" Kelihatannya ia sungguh-sungguh. Yah walaupun penyesalannya dibarengi muka tengilnya.
"Hay Tian."
"Apa, Kabar."
"Aku ini,"
"Aku itu."
Seperti selebritis yang diserbu fans setianya. Aku dibuatnya gak enak hati. Melihat perhatian mereka justru membuatku tidak nyaman. Aku meresa mereka terlalu asing untuk semua yang dilakukan mereka.
Aku hanya tersenyum, mengangguk, dan menggumam. Tak satupun kata-kata mereka yang nyantol di otaku. mereka hanya mengucapkan kata yang sulit aku rasakan. Kenangan Titian bukan bagian hidupku, aku sampai bosan mengulang kisahnya berkali-kali.
Ngomong-ngomong sesuatu yang berarti. Apa yah? mengapa hanya itu yang aku tahu. lalu siapa, kenapa, dan untuk apa. Lantas apa yang akan terjadi jika aku tak menemukannya.
Tapi bagaimana aku bisa mencari hal yang berharga dalam tubuh orang lain, bahkan dikehidupan orang lain. Aku bingung, semakin tidak menentu.
"Ada apa?" Tanya Putri.
"Bagaimana kau bisa kemari..." Tanyaku was-was.
"Gampang... Cringggg...." Jawabnya sekananya.
"Bagaimana jika mereka melihatmu." Tanyaku tegas.
"Tenanglah. hanya kamu yang bisa melihatku. tak ada manusia yang bisa melihat Angel." Sahutnya tak kalah tandas.
"Heh..." Aku bernapas lega.
"Kau ingin aku di anggap gila?" Tanyaku, saat ingat aku akan terlihat berbicara seorang diri.
"Wah. Waspada sekali, Ok deh kalo begitu!" Lagi-lagi ia lenyap dari pandangan.
Dasar Angel Aneh, gak punya sopan santun. setidaknya untuk seseorang yang dikenalnya ia harus berpamitan jika ingin pergi. Aku mencacinya dalam hati, bawaan rasa kesal akan hal yang menuntunku pada buntu.
oooooo
Aku sudah berhasil mengingat sebaian orang, tempat, dan hal-hal yang disukainya. berkat mereka, aku mengingatnya lebih cepat. Cerita mereka yang selalu diulang selama sehari tiga kali membuatku ingin memuntahkan kelebihan ceritanya.
Tak di sangka. Sejak mengenal dirinya dalam tubuhku saat ini. Aku mulai mendapatkan keutuhan hidupku lewat tubuhnya.
Itu bagus, semakin aku mengenali diriku, entah dirinya. Aku akan semakin dekat dengan tujuan hidupku.
Satu tahun berlalu sejak kecelakaan mobil di depan sekolah. Hari itu sejarah baru untuk kehidupan SMANKU. Karena tragedi ini memakan korban cukup banyak dalam sejarah kecelakaan kendaraan yang pernah terjadi. Aku mengetahuinya dari koran yang terselip di bagian tumpukan buku yang di karduskan.
Aku baru sadar, sejak kecelakaan itu. Tak satupun dari orang yang mengenalku menceritakan tragedy yang menimpaku. Justru sebagian dari mereka menghindariku dan menjaga jarak denganku.
Saat aku tanya, mereka yang menjauhkan dirinya kepadaku adalah orang-orang yang pernah jahat, gak suka, dan tidak ingin mengungkit masalah yang menurutnya buruk untuku. Itu pendapat dari orang-orang yang mulai kupercayai.
Sekian hari aku mencari akhirnya datang seseorang yang terus mengganggu pikiranku. Kehadirannya bisa mengusir kantuku, menghilangkan kesedihanku, dan mampu membuatku kegirangan. Aku terus bertanya, apa aku mengenalnya, atau ia mengenalku. hubunganku dengannya dan hal-hal yang musngkin selama ini aku maksud.
Tapi tak satu orangpun sependapat denganku, sampai-sampai aku berkeras menjadikannya seperti perasaanku yang selama ini aku cari. Aku terlalu lelah mencari perasaan yang sama seperti ini lagi.
Namanya Nico, kakak kelas Tian. Mungkin ia adalah seseorang yang selama ini dicintai oleh Tian. Tapi jika begitu, apa kaitannya dengan sesuatu yang berarti untuku. Apa aku juga mencintainya? Tapi aku ini kan Angel, bisakah Angel mencintai seorang manusia.
Hari itu Nico Menolaku sebelum aku tembak. Aku tak sadar, ia tahu sejak awal mengapa aku bertingkah seperti itu. Tapi ada nada aneh dari kalimatnya.
"Aku tidak mencintaimu, kau harus menemukan apa yang kau cintai."
"Kau harus menemukan apa yang kau cintai?" Aku mengulanginya,
"Mengapa dia berkata seperti itu?" Selagi berpikir keras, Putri sudah berada dihadapanku begitu saja.
"Ah, ngagetin aja sih Put." Putri tampak seksama memperhatikanku.
"Ada apa?" Tanyanya.
"Apa-apanya?" Tanyaku kebingungan.
"Apa kau sudah tahu?" Tanyanya lagi dengan ragu.
"Tahu apa?" Tanyaku tambah bingung.
"E... Ya semua tentang kehidupan Titian lah." Timpalnya maksa.
"Ada apa sih?" Tanyaku curiga.
"Apa apanya?"
Aku rasa ia tak berniat memberi jawaban, karena sejak awal ia hanya memutar balik perkataanku.
"Ah sudahlah, ada yang ingin aku tanyakan. Siapa aku, jika tubuh ini milik Tian?" Tanyaku meminta kepastian.
"Aku kan sudah mengatakan, kau adalah Angel Tian." Jawabnya dengan nada tulus.
"Lalu, mengapa aku tak ingat satu pun riwayat hidup, mati atau massa menjadi Angel itu sendiri." Aku mencari jawaban dengan cemas. agaknya keberadaanku perlu dipertanyakan.
Putri tertunduk, "Tian. Aku tak sanggup! tapi percayalah kau adalah Angel..." Matanya berkaca-kaca.
"Iya. Jika Aku Angel, lalu apa yang selama ini aku cari. Sesuatu yang berarti itu apa?" Tanyaku dengan mengiba.
"Maaf... Tapi kau harus mencarinya sendiri Tian. Hanya kau yang tahu, apa yang berarti untukmu." Kali ini Putri berkata lirih.
"Putri, mengapa aku tidak seperti dirimu. Bukankah kita sama-sama Angel, mengapa aku harus hidup sebagai manusia?" Tuturku semakin menyudutkannya.
"Karena kita berbeda Tian. Kau utuh, sedang aku tidak. Batas waktuku hampir tiba, aku yakin engkau akan lekas menemukannya."
oooooo
Pagi itu kepalaku pusing bukan main. Rasanya seperti dihantam benda berat ber ton-ton. Aku hanya mampu memeganginya dengan perasaan sakit yang teramat sangat.
Seperti ada bagian kosong yang disempurnakan dengan paksa, potongan puzzel yang di sematkan satu persatu dengan cepat. aku teriak, menahan sakit yang terlalu hebat.
Tak satu halpun kuingat, kepalaku menghantarkanku pada ujung-ujung yang selama ini buntu, dan mulai terbangun jalan-jalan baru yang mulus.
Seterhentinya semua pesakitan itu, kesadaranku pun pulih. Kulihat sebuh ruangan serba putih dengan alat medis disana sini. dokter, suster tampak panik. Tapi dengan keadaan yang mulai membaik, aku rasa mereka khirnya bernapas lega.
"Kau baik-baik saja?" Ucap salah satu dokter, meyakinkanku bahwa aku hidup untuk kedua kalinya.
Satu persatu alat-alat itu dipisahkan dari tubuhku, tinggal menyisakan satu infusan. Karena kondisi fisiku yang masih lemah. Kulihat Mama, Papa, Kakak, dan Adiku tengah setia menanti kesadaranku. namun ada satu sosok yang asing tapi sudah aku kenali.
"Nico." Sapaku dengan suara rendah.
"Ya. Ini aku!" Jawabnya meyakinkan.
"Apa yang terjadi." Tanyaku padanya.
"Kau mengalami kecelakaan mobil, beruntung kau masih bisa selamat." Ucapnya samar.
"Tapi, siapa kau. Yang aku ingat, kau bukan murid di SMANKU-ku." Terangku menodongnya.
"Aku anak baru, bukankah kau menemuiku dalam mimpimu. Sesuatu yang berarti itu bukan aku, tapi kamu."
Jelasnya membuatku semakin bingung.
"Apa yang sudah terjadi. Putri, dimana dia... aku ingin bertanya padanya." Kucari-cari, tapi Putri tak ada.
"Putri adalah dirimu sendiri, bagian dari kehidupan orang lain yang melindungimu."
"Apa?" Aku bergerak terlalu cepat, membuat tulangku terasa dibagian yang patah.
"Namanya Myu. Yang menyebabkan kecelakaan itu, kau ingat... ia adalah seseorang yang pernah kau selamatkan sebelumnya. karena itu ia berusaha membantu menyelamatkanmu sekarang." Mama, dan Papa memasuki ruangan setelah berbicara dengan dokter. Entah Kakak dan adiku ada dimana. Nico berpamitan setelah itu. Kejadian ini masih menggantung, dan menyisakan banyak kisah yang perlu aku cari tahu.
Yang jelas Nico berkata, "Kamu adalah Angel untuk Myu. Thanks...." di akhir ucapannya.
0 koment:
Posting Komentar